Pengertianlain dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita. Sedangkan menurut (A.G. Mc.Grew, 1992).
Squad, tahukah kamu, sekarang kita sedang berada di era globalisasi, lho! Di zaman yang semakin mengglobal ini, tentu banyak sekali perubahan yang dirasakan ya, khususnya di bidang teknologi. Selain itu tentu saja banyak perbedaan jika dibandingkan dengan masa lalu. Meskipun demikian, kalian tahu nggak sih, globalisasi ini memiliki dampak positif dan negatif, lho. Wah apa saja ya? Kuy kita mengenal dampak positif dan dampak negatif dari globalisasi! Definisi Globalisasi Squad, kamu sudah tahu belum, apa itu globalisasi? Globalisasi disebut dengan Globalization dalam bahasa Inggris. Menurut Oxford English Dictionary, Globalization adalah The process by which businesses or other organizations develop international influence. Definisi tersebut bisa diartikan sebagai proses bagi bidang bisnis atau organisasi lain untuk berkembang ke arah internasional. Untuk bisa berkembang ke arah internasional tersebut, tentu saja dibutuhkan banyak perbaikan di berbagai bidang, yang tentu saja sedikit banyak mempengaruhi daerah atau lingkungan sekitarnya. Baca Juga Identifikasi Barang Tambang dan Persebarannya Dampak Positif dan Negatif Globalisasi Squad, tentu saja kita harus menyiapkan diri untuk menghadapi globalisasi ya. Seperti yang sudah disebutkan tadi, globalisasi memiliki dampak positif dan negatif. Seperti apa saja, ya? Kuy, kita bahas bersama! Mulai dari dampak positif globalisasi dulu, ya Squad. Squad, sekarang lanjut ke dampak negatif globalisasi, ya! Hmm apa saja ya, yang termasuk ke dalam dampak negatif globalisasi? Yuk, disimak! Squad, itu dia dampak positif dan negatif dari globalisasi. Sebagai generasi penerus, kita harus bisa lebih bijak dan selektif dalam menghadapi tantangan-tantangan baru di era globalisasi ini, ya! Supaya semakin siap menghadapi era globalisasi, tentu saja kamu harus makin rajin belajar. Kamu ngerasa masih butuh les tambahan karena pelajaran di sekolah lagi susah-susahnya? Yuk, les privat di ruangles! Kamu bisa pesan guru privat terbaik buat ngajarin kamu materi-materi yang kamu nggak ngerti. Psst, kamu juga bisa request mau belajar dengan guru yang seperti apa, lho! Sampai jumpa di ruangles ya! Bukansuatu masalah budaya asing masuk ke Indonesia, yang menjadi masalah adalah bagaimana cara seseorang memilah mana yang baik dan mana yang benar. Lalu bagaimana sikap kita seharusnya sehingga mencerminkan sikap cinta tanah air? Banyak aksi yang bisa kita lakukan, namun di sini penulis hanya menuliskan beberapa saja yaitu dengan cara,
Perkembangan zaman serta teknologi mirip ini menghasilkan kata globalisasi sebagai semakin familiar. fenomena tersebut tampaknya telah mendarah daging, setiap kegiatan, makanan, pakaian serta gaya hayati kita sudah terpengaruh sang peradaban dunia. Globalisasi artinya suatu kenyataan spesifik dalam peradaban insan yg berkiprah terus dalam warga halnya pemaknaan globalisasi dari sudut pandang ekonomi. berdasarkan Badan PBB Committee for Development Policy, globalisasi merupakan meningkatnya saling ketergantungan ekonomi global menjadi akibat asal skala pertumbuhan lintas perdagangan, perbatasan komoditas serta jasa, peredaran kapital internasional dan penyebaran teknologi yang luas serta berasal pengertiannya, ada dampak globalisasi yang wajib diperhatikan. akibat positif dan negatif globalisasi bisa menghipnotis tatanan kehidupan yang ada pada lebih kurang. Globalisasi merupakan imbas yang terjadi secara menyeluruh, tidak terkecuali Indonesia yg sudah banyak terjadi perubahan secara positif globalisasi antara lain, berkembangnya pengetahuan dan teknologi, mempertinggi pandangan hidup kerja, sampai arus ekonomi yg semakin tinggi. Sedangkan dampak negatif globalisasi merupakan terjadinya kesenjangan sosial, hingga pola hayati konsumtif, tentu menjadi faktor yang dampak positif serta negatif globalisasi melansir dari Jurnal dampak impak Globalisasi Bagi Kehidupan Bangsa Indonesia yg diterbitkan Universitas Syiah Kuala sang Nurhaidah, M. Insya Musa, dan dari 4 pageakibat Positif serta Negatif Globalisasi, Bahaya dan fungsinyaMulanya, proses globalisasi ditandai menggunakan kemajuan bidang teknologi gosip dan komunikasi. Bidang ini sebagai penggerak globalisasi. yang menghipnotis sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan sektor positif serta negatif globalisasi jua menyampaikan manfaat serta akibat buruk , buat itu perlu menempatkan diri pada menyikapi proses positif dan negatif globalisasi dapat dirasakan pada kehidupan secara awam dan bagi bangsa Indonesia sendiri. akibat tadi diantaranya merupakan menjadi berikutdampak PositifPerubahan tata Nilai dan perilakuAdanya globalisasi pada budaya mengakibatkan pergeseran nilai serta perilaku warga yang semula irasional menjadi Berkembangnya Ilmu Pengetahuan serta Teknologimenggunakan berkembangnya ilmu pengetahuan serta teknologi masyarakat menjadi lebih simpel pada beraktivitas serta mendorong buat berpikir lebih Meningkatnya tingkat hidupDibukanya industri yg memproduksi indera-indera komunikasi serta transportasi yg sophisticated merupakan galat satu perjuangan mengurangi penggangguran serta menaikkan tingkat hidup positif globalisasi dari aneka macam sektorGlobalisasi bidang aturan, pertahanan, serta keamananRegulasi aturan serta pembuatan peraturan perundang-undangan yg memihak serta bermanfaat untuk kepentingan warga menguatnya tuntutan terhadap tugas-tugas penegak aturan yang lebih profesional, transparan, serta akuntabel. Semakin menguatnya supremasi aturan, demokratisasi, serta tuntutan terhadap dilaksanakannya hak-hak asasi bidang sosial budayamenaikkan pembelajaran tentang rapikan nilai sosial budaya, cara hidup, pola pikir yang baik, juga ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain yg sudah maju. menaikkan etos kerja yg tinggi, suka bekerja keras, disiplin memiliki jiwa kemandirian, rasional, sportif, dan lain bidang ekonomi sektor perdaganganArus masuk perdagangan luar negeri menyebakan defisit perdagangan nasional. Liberalisasi perdagangan barang, jasa layanan, dan komoditi lain memberi peluang pada Indonesia buat ikut bersaing merebut pasar perdagangan luar negeri, terutama hasil pertanian, akibat bahari, tekstil, dan bahan bidang ekonomi sektor produksiAdanya kecenderungan perusahaan asing memindahkan operasi produksi perusahaannya ke negara-negara berkembang menggunakan pertimbangan keuntungan negatif pengaruh globalisasi artinya sebagai berikut Gaya hayati Kebarat-baratantidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat pada orang tua, kehidupan bebas remaja, serta hidup KonsumtifPerkembangan industri yang pesat membentuk penyediaan barang kebutuhan rakyat melimpah. menggunakan begitu rakyat simpel tertarik buat mengonsumsi barang dengan poly pilihan yg perilaku Individualistikrakyat merasa dimudahkan menggunakan teknologi maju membentuk mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain pada beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka artinya makhluk SosialBila dalam suatu komunitas warga hanya terdapat beberapa individu yg dapat mengikuti arus globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu menggunakan individu lain yang stagnan. Hal ini mengakibatkan kesenjangan negatif globalisasi asal berbagai sektorGlobalisasi pada bidang hukum, pertahanan, dan global yang cepat, mampu mempengaruhi pola pikir warga secara dunia. Sifat-sifat masyarakatnya ialah pragmatisme, hedonisme, primitif,dan konsumerismeperan warga pada menjaga keamanan, kedaulatan, dan ketertiban negara semakin berkurang sebab hal tersebut sudah menjadi tanggung jawab pihak tentara dan lunturnya semangat gotong-royong, solidaritas, kepedulian, serta kesetiakawanan sosial sehingga dalam keadaan Globalisasi bidang sosial memudarnya apresiasi terhadap nilai-nilai budaya lokal yang melahirkan gaya hayati ini dia. Individualisme mengutamakan kepentingan diri sendiri.Semakin mudahnya nilai-nilai barat masuk ke Indonesia baik melalui internet, media televisi, juga media cetak yg banyak ditiru sang dampak Positif serta Negatif Globalisasiselesainya mengetahui akibat positif serta negatif globalisasi, alangkah baiknya setiap eksklusif mengemban komitmen supaya tidak terjerumus arus globalisasi yg merugikan. pada antaranyaMenanamkan dan melaksanakan ajaran kepercayaan dengan sebaik- terhadap imbas globalisasi pada bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsaMenumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mengasihi produk pada serta mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- perhatian para orang tua pada memantau pergaulan dan cara hidup anaknya. Views 157,747
ViewDAMPAK GLOBALISASI BAGI BISINIS FAKULTAS E 200 at Islamic University of Sultan Agung. Nama : Reza Fauzi Berlianto NIM : 30401612406 PENGARUH GLOBALISASI BAGI BISINIS Study Resources

Dampak Hebat Pengaruh Globalisasi Masa Depan Bagi Negara Berkembang Adalah. Ditandai dengan terbentuknya kabinet pertama yang dipimpin oleh Soetan Sjahir atau yang disebut dengan kabinet Sjahir kabinet ini hanya berjalan tiga … bulan dan dijatuhkan oleh oposisi. Dilanjutkan dengan adanya pembentukan kabinet Sjahir II pada 12 Maret 1946 dan hal yang sama terjadi yaitu jatuh kembali karena oposisi. Dan kembali lagi Sjahir ditunjuk sebagai kabinet kembali untuk yang ketiga tersebut berlangsung pada 2 Oktober 1946 sampai dengan 27 Juni 1947. Peristiwa tersebut termasuk dalam demokrasi ... a. Demokrasi terpimpin b. Demokrasi pancasla C. Demokrasi pancasla era reformasi d. Demokrasi liberal parlementer e. Demokrasi langsung ​. Dampak hebat pengaruh globalisasi masa depan bagi negara berkembang adalah negara berkembang bisa lebih maju dan modern karena pengaruh globalisasi, jugaaa mereka memiliki pemikiran yang lebih luas. Dampak Globalisasi terhadap Pertumbuhan, Kemiskinan, dan Ketimpangan – Macroeconomic Dashboard Infosys dan Mphasis pada dasarnya sama mereka mengerjakan pekerjaan operan dari perusahaan Amerika Serikat. Karena, perpindahan produksi berarti kenaikan lapangan pekerjaan yang tersedia dan juga naiknya pendapatan nasional. Orang Indonesia bisa mengetahui apa yang terjadi di Korea Selatan, Tiongkok, dan Jepang pada saat ini juga. Globalisasi juga membuat hubungan antar negara menjadi kebutuhan sehingga semakin banyak negara-negara memiliki perwakilan diplomatik di seluruh dunia. Dari studi yang dilakukan oleh Syahraniah 2015 dengan sampel 9 negara ASEAN+3, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, Kamboja, Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan pada periode 1980 hingga 2009 dengan OLS panel 5 tahunan, tidak menemukan bukti bahwa globalisasi umum dan globalisasi sosial berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari hasil ini, pemerintah perlu melakukan kebijakan redistribusi pendapatan melalui pajak dan subsidi serta memperkuat belanja sosial untuk meningkatkan keterampilan khususnya bagi masyarakat yang bekerja di sektor yang berkompetisi dengan impor untuk mengurangi dampak negatif globalisasi terhadap beberapa kelompok masyarakat. Analisis Pengaruh Globalisasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Ketimpangan Pendapatan, dan Tingkat Kemiskinan Studi Kasus di Negara ASEAN+3 Periode 1980-2009. Negara Berkembang Semakin Berdaya dengan Kemajuan Teknologi Informasi Era globalisasi tampak begitu nyata dengan kemudahan akses digital di berbagai penjuru dunia. Negara berkembang yang acapkali dipandang terlambat dan terbelakang, pada kenyataannya cukup cepat merespon perkembangan TIK itu. Sebagaimana disampaikan Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, ketika menjadi pembicara dalam acara Special Lecture Series “Globalization Information Technology in Developing Countries” yang digelar oleh prodi Hubungan Internasional HI pada Rabu 30/06. Fathul menyoroti poin ketiga yaitu pembangunan sebagai kemerdekaan, dalam hal ini TIK memfasilitasi peningkatan kapabilitas dan keberfungsian. Komoditas ini bisa menawarkan kapabilitas seperti mencari informasi, menghubungi, membangun jaringan, dan banyak hal lain. Ketika pembangunan dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi maka ada tujuan etis yaitu menjadikan dunia lebih baik. Jika bicara globalisasi, kita diuntungkan karena akses lebih penting dari kepemilikan terutama untuk negara berkembang. PEMANASAN GLOBAL GLOBAL WARMING Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. [11] Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca. IPCC juga menyimpulkan bahwa 90% gas rumah kaca yang dihasilkan manusia, seperti karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida, khususnya selama 50 tahun ini, telah secara drastis menaikkan suhu Bumi. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai. IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu akibat emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit eq Aedes Agipty, Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adala organisme tersebut. Sebagai contoh, Belanda, negara industrialis besar yang juga pelopor lingkungan, telah berhasil mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk memenuhi targetnya dalam mengurangi produksi karbon dioksida.

PengaruhGlobalisasi Bagi Negara Berkembang Di Masa Depan. Maret 3, 2022 Dinda Zivara. Pengaruh Globalisasi Bagi Negara Berkembang Di Masa Depan - Globalisasi adalah integrasi internasional yang terjadi melalui pertukaran pandangan dunia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), globalisasi adalah proses memasuki dunia. Abstrak Kapitalisme, liberalisme dan demokrasi dapat dikatakan sebagai pemenang dari perang dingin, sehingga saat ini hampir di penjuru dunia, ketiga sistem tersebut berhasil menghegemoni negara-negara dunia ketiga. Bahkan ketiga sistem ini bermetamorfosis menjadi Globalisasi, dengan mitos yang dijanjikan melalui mesin propaganda informasi dari dunia barat bahwa Globalisasi akan membawa kemajuan dan modernisasi dunia. Tulisan ini merupakan studi kepustakaan yang menjelaskan dampak Globalisasi bagi bangsa-bangsa di dunia ketiga yang ternyata tidak seindah yang dipropagandakan dunia barat selama ini. Kata kunci Kapitalisme, Globalisasi dan Negara Dunia Ketiga. Abstract Capitalism, liberalism and democracy can be said to be the winners of the cold war, so that currently these three systems successfully hegemony third world countries. Even these three systems morphed into Globalization, with the promised myth through information propaganda from the western world, that Globalization will bring progress and modernization to the world. This paper is a literature study that explains the impact of globalization on nations in the third world which apparently are not as beautiful as those propagated by the western world so far. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free THE INDONESIAN JOURNAL OF POLITICS AND POLICY IJPP Volume 1– Nomor 1, Januari 2019, Hlm 41-51 Available online at Copyright © 2019, IJPP, p-ISSN 2622-6251, e-ISSN 2622-xxxx GLOBALISASI DAN DAMPAKNYA BAGI NEGARA DUNIA KETIGA Gili Argenti Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Singaperbangsa Karawang. Jalan HS. Ronggowaluyo Teluk Jambe Timur, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, 41361 Indonesia. Email Abstrak Kapitalisme, liberalisme dan demokrasi dapat dikatakan sebagai pemenang dari perang dingin, sehingga saat ini hampir di penjuru dunia, ketiga sistem tersebut berhasil menghegemoni negara-negara dunia ketiga. Bahkan ketiga sistem ini bermetamorfosis menjadi Globalisasi, dengan mitos yang dijanjikan melalui mesin propaganda informasi dari dunia barat bahwa Globalisasi akan membawa kemajuan dan modernisasi dunia. Tulisan ini merupakan studi kepustakaan yang menjelaskan dampak Globalisasi bagi bangsa-bangsa di dunia ketiga yang ternyata tidak seindah yang dipropagandakan dunia barat selama ini. Kata kunci Kapitalisme, Globalisasi dan Negara Dunia Ketiga. Abstract Capitalism, liberalism and democracy can be said to be the winners of the cold war, so that currently these three systems successfully hegemony third world countries. Even these three systems morphed into Globalization, with the promised myth through information propaganda from the western world, that Globalization will bring progress and modernization to the world. This paper is a literature study that explains the impact of globalization on nations in the third world which apparently are not as beautiful as those propagated by the western world so far. Keyword Capitalism, Globalization, Third World Countries. The Indonesian Journal of Politics and Policy, 1 1, Januari 2019 - 42 Gili Argenti Copyright © 2019, IJPP, p-ISSN 2622-6251, e-ISSN 2622-xxxx Pendahuluan Dalam salah satu bukunya Hasan Hanafi 2000, menjelaskan bahwa sejarah relasi antara dunia timur dan barat tidak berada dalam titik keseimbangan equibilirium, dua kutub ini dalam narasi sejarahnya kerap berada pada posisi saling berkontradiksi bahkan saling menegasikan. Dunia barat senantiasa menempatkan dirinya sebagai peradaban superior umat manusia, mitos yang dibangun oleh mereka seakan menciptakan kesadaran yang dipaksakan terhadap dunia timur bahwa barat itu maju, modern, beradab serta identik dengan kemakmuran, sedangkan dunia timur berada pada kutub sebaliknya, mereka masih hidup dalam keterbelakangan, inferioritas, tradisional serta mencerminkan bangsa yang tidak beradab. Menurut Dahlan 2000, kebijakan kolonialisasi yangditempuh dunia barat atas dunia timur tidak terlepas dari mitos yang telah dibangunnya tersebut, bahwa untuk merubah wajah timur yang terbelakang menjadi sebuah dunia modern dan maju seperti barat, kolonialisme menjadi suatu keniscayaan sejarah yang tidak terbantahkan. Maka dimulailah proses “humanisasi” manusia-manusia timur oleh barat dengan mengirimkan ekspedisi-ekspedisi lintas samudra dengan membentangkan peta dan kompas sebagai arah petunjuk jalan menuju tanah-tanah yang tidak bertuan, ekspedisi yang dibekali dengan misi suci tersebut, selain membawa alat petunjuk jalan serta kebutuhan logistik selama perjalanan, juga disertai tentara-tentara yang dilengkapi dengan mesin-mesin pembunuh perang hasil dari modernisasi sebuah bangsa yang mengklaim diri sebagai bangsa maju dan beradab. Seorang sastrawan Rusia Fyodor Dostoyevsky dalam Dahlan,2000 melukiskan proses kolonialisasi yang merupakan hasil pencurian kekayaan alam dunia timur telah merubah negeri-negeri barat menjadi semakin maju dan kaya, bangunan-bangunan mewah banyak didirikan dengan bahan berteknologi tinggi, salah satunya sebuah Istana Kristal di Hyde Park London pada tahun 1862, bangunan historis yang didirikan dalam waktu 10 bulan ini, menurut Dostoyevsky dibangun dari bahan-bahan industri yang revolusioner, besi dan kaca, dua komponen bahan bangunan yang membutuhkan teknologi tinggi untuk menciptakanya. Menurut Dahlan 2000, Istana Kristal menjadi kiasan tentang eksploitatifnya dunia barat ketika melakukan kolonialisasi terhadap dunia timur, kekayaan materil yang dimiliki dunia timur dikeruk habis-habisan dengan kekerasan bersenjata untuk sekedar membangun istana-istana megah para penguasa di barat. Jadi bila dunia barat maju sampai sekarang itu tidak bisa lepas dari hasil ratusan tahun mereka melakukan penjajahan. Sejarah kolonialisasi merupakan sejarah perampasan, sebuah narasi tentang perebutan serta penguasaan atas tanah, padi, emas dan marginalisasi masyarakat dunia timur. Proses kolonialisasi yang awalnya dijustifikasi untuk menciptakan pemerataan ilmu pengetahuan serta teknologi antara barat dan timur, ternyata berakhir dengan proses penindasan yang sangat berdarah dan kejam. Menurut Frantz Fanon dalam Dahlan, 20004 kekerasan yang dilakukan oleh kaum kolonial kemudian menuai resistensi dari kaum pribumi, mereka bangkit melawan bangsa-bangsa barat yang selama ini telah melakukan penjajahan atas tanah mereka, gerakan massif dekolonialisasi ini akhirnya mencapai kemenangan gemilang dengan mundurnya bangsa-bangsa barat kembali The Indonesian Journal of Politics and Policy, 1 1, Januari 2019 - 43 Gili Argenti Copyright © 2019, IJPP, p-ISSN 2622-6251, e-ISSN 2622-xxxx ke negeri-negeri mereka. Pada medio abad ke-20 sejarah mencatat bahwa penjajahan dalam bentuk kolonialisasi secara fisik telah tumbang satu persatu, kemudian dari tanah bekas wilayah jajahan tersebut muncul serta terbentuklah negara-negara baru di kawasan Asia dan Afrika. Negara baru ini disebut sebagai negara dunia ketiga, negara yang baru merdeka pasca perang dunia kedua. Di negara-negara yang baru berdiri itu, para pemimpin dan masyarakatnya mempunyai mimpi besar tentang pentingnya pembangunan ekonomi politik di negara mereka, tentunya sebuah pembangunan yang akan mengejar ketertinggalan dari dunia barat yang telah lebih dulu melakukan modernisasi di segala bidang. Menjadi pertanyaan kemudian, apakah proses kolonialisasi benar-benar telah lenyap di muka bumi ini, sehingga setiap bangsa bisa dengan tenang melangsungkan kehidupannya, tanpa dihinggapi rasa takut akan ancaman serta serangan dari negara lain yang lebih kuat. Menurut penulis dalam konteks saat ini, pertanyaan tersebut mudah sekali untuk dijawab, apabila kita melihat fenomena intervensi militer yang dilakukan oleh Amerika Serikat terdapat negara dunia ketiga khususnya negara-negara Islam Irak, Afganistan dan Libya menunjukan bahwa kolonialisme tidak lenyap, bahkan menunjukan wajah yang lebih beringas, kejam, tidak toleran dan mengindahkan kemanusiaan dalam mencapai tujuannya. Kolonialisasi abad milinium ini tidak banyak mengalami perubahan, apabila kita membandingkanya dengan wajah kolonialisasi dahulu, wajah gelap kolonialisme tetap menggunakan invasi bersenjata dengan mengedepankan kekerasan fisik pada negara-negara yang mereka anggap melakukan pembangkangan, hanya perbedaannya kolonialisme dahulu menggunakan dalih memodernkan manusia-manusia timur, sedangkan kolonialisme abad ini menggunakan dalih ingin mendemokratiskan negara-negara yang mereka klaim tidak demokratis dalam menjalankan roda pemerintahannya. Dengan memaksakan sistem demokrasi kepada negara-negara non demokratis, mereka berargumen akan membebaskan warga masyarakat dinegara tersebut dari tindakan represif para penguasa. Dalam Studi Oksidentalisme karya Hasan Hanafi dalam Dahlan, 200020 dijelaskan bahwa kolonialisme dan imperialisme fisik tidak hanya terjadi di bidang militer saja, namun dilapangan ekonomi, pendidikan dan kebudayaan proses ini telah cukup lama berlangsung. Fenomea globalisasi menjadi salah satu contoh kolonialisasi dibidang ekonomi yang saat ini mengancam eksistensi negara-negara bangsa di dunia. Menurut Mansour Fakih 2002 185-187 setelah dunia meninggalkan era kolonialisme fisik, dunia memasuki sebuah era baru yaitu “neokolonialisme”, dimana modus dominasi dan penjajahan tidak lagi fisik saja, melainkan melalui hegemoni dan dominasi ekonomi. Globalisasi yang merupakan sebuah mata rantai dari perkembangan ideologi kapitalisme, mengartikulasi kepentingan dominasinya dengan memberlakukan mekanisme perdagangan secara global, suatu mekanisme menciptakaan kebijakaan free trade, proses pengintergrasian ekonomi nasional suatu negara kepada sistem ekonomi dunia berdasarkan keyakinan perdagangan bebas, dengan menyingkirkan campur tangan atau intervensi negara terhadap pasar, negara ditempatkan sebagai institusi yang harus netral dengan menyerahkan sepenuhnya pada mekanisme persaingan sempurna. Menurut Stiglitz 20126 globalisasi telah menciptakan kesenjangan yang semakin lebar, bahkan The Indonesian Journal of Politics and Policy, 1 1, Januari 2019 - 44 Gili Argenti Copyright © 2019, IJPP, p-ISSN 2622-6251, e-ISSN 2622-xxxx memunculkan semakin banyak orang-orang di negara dunia ketiga menjadi semakin miskin yang hidup dengan kurang dari satu dolar sehari. Walaupun janji-janji pengurangan kemiskinan yang berulang-ulang telah dibuat selama satu dekade terakhir, jumlah orang yang sebenarnya hidup dalam kemiskinan telah meningkat hingga hampir 100 juta. Dari narasi singkat diatas kita dapat menarik benang merah bahwa kolonialisme dunia barat ternyata tidak hancur seiring dengan kemerdekaan nasional dibeberapa negara dikawasan Asia dan Afrika, bentuk kolonialisme baru berupa hegemoni di bidang ekonomi, pendidikan dan budaya semakin terasa dominasinya, tetapi bukan berarti kolonialisme dalam bentuk invasi militer sudah ditinggalakan sama sekali, penggulingkan Sadam Husein serta reziem Taliban di Irak dan Afganistan, terakhir campur tangan sekutu dalam krisis politik di Libya, membuktikan bahwa cara-cara kekerasan belum sepenuhnya ditinggalkan dunia barat ketika menghadapi ancaman-ancaman yang dianggap membahayakan kepentingannya. Dengan adanya kemunculan fenomena neo kolonialisme, akhirnya menarik perhatian penulis untuk mengangkatnya dalam makalah ini, penulis ingin mengkaji dominasi neo kolonialisme pada bidang ekonomi dengan munculnya wacana globalisasi. Menurut penulis dengan melakukan analisa kritis terhadap globalisasi diharapkan kita bisa mengetahui dampak globalisasi secara objektif terhadap negara-negara dunia ketiga. Untuk membatasi objek kajian dalam makalah ini, penulis membatasi neo kolonialisme hanya dalam bidang ekonomi terutama fenomena globalisasi, dengan adanya globalisasi penulis ingin mengetahui apa dampaknya terhadap negara-negara dunia ketiga khusunya Indonesia? Bagaimana seharusnya sikap negara-negara dunia ketiga khusunya Indonesia terhadap globalisasi? Terahir apa korelasi globalisasi dengan kapitalisme dan ideologi liberalisme? Metode Tulisan ini mengunakan studi kepustakaan literatur review, studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh penulis untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang sedang diteliti. Informasi dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah. Studi kepustakaan merupakan hal sangat penting, karena tidak ada suatu penelitian yang tidak melibatkan kajian kepustakaan. Jenis Penelitian Penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam tulisan ini, sebuah metode menganalisis data ditunjukan atau disajikan bukan dalam bentuk statistik, tetapi berupa menggambarkan atau menarasikan suatu fenomena politik yang terjadi. Teknik Analisis Data Teknik analisis data adalah proses mengatur data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar. Menganalisis serta mengolah data dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut Reduksi Data Reduksi data adalah proses analisis yang dilakukan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan hasil penelitian dengan memfokuskan pada hal-hal dianggap penting oleh peneliti, dalam reduksi data membuat abstrak atau merangkum data dalam suatu laporan yang lebih sistematis dilakukan pada hal-hal yang penting. The Indonesian Journal of Politics and Policy, 1 1, Januari 2019 - 45 Gili Argenti Copyright © 2019, IJPP, p-ISSN 2622-6251, e-ISSN 2622-xxxx Display Data Display data merupakan sekumpulan infomasi tersusun yang akan memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh dengan kata lain menyajikan data secara terperinci dan menyeluruh dengan mencari pola dan hubungannya. Kesimpulan data Kesimpulan data merupakan upaya mencari makna, arti dan penjelasan dari data yang dikumpulkan dan telah dianalisis untuk mencari masalah-masalah penting. Upaya ini dilakukan dengan mencari pola, tema, hubungan yang harus diverifikasi selama penelitian berlangsung. Hasil Dan Pembahasan Dalam membahas wacana globalisasi kerangka teoritik yang penulis gunakan menggunakan teori ekonomi politik, karena menganalisis globalisasi tidak bisa menggunakan satu disiplin keilmuan ilmu ekonomi atau ilmu politik secara terpisah, globalisasi merupakan sebuah fenomena yang membawa dampak keseluruh aspek sosial kehidupan masyarakat, maka mengkaji globalisasi dengan pendekatan keilmuan yang bersifat intradisipliner menjadi suatu keniscayaan. Menurut Yustika 2009, teori ekonomi politik ialah bagaimana pemerintah menyusun mekanisme yang memungkinkan seluruh partisipasi di pasar bersedia berbagi informasi, inilah yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa negosiasi. Negosiasi yang difasilitasi pemerintah tersebut secara subtansi bukanlah regulasi melainkan aturan yang memaksa para pelaku ekonomi untuk berbagi informasi sehingga tercapai kesepakatan. Salah satu sumber kemajuan disiplin ekonomi politik saat ini berasal dari kegagalan teori ekonomi konvensional untuk memetakan dan mencari solusi persoalan-persoalan ekonomi. Logde mendefinisikan dalam Winarno, 200919 globalisasi sebagai suatu proses yang menempatkan masyarakat dunia bisa menjangkau satu dengan yang lain atau saling berhubungan dalam semua aspek kehidupan, baik dalam budaya, ekonomi, politik, teknologi maupun lingkungan. Dengan pengertian yang demikian, maka globalisasi boleh dikatakan bahwa masyarakat dunia hidup dalam suatu era dimana sebagian besar kehidupan mereka sangat ditentukan oleh proses-proses global. Sedangkan Amal Wawasan Nusantara Indonesia Menghadapi Globalisasi, Pusat Kajian Kebudayaan Universitas Bung Hatta globalisasi merupakan proses munculnya masyarakat global yaitu suatu dunia yang terintergrasi secara fisik, dengan melampaui batas-batas negara, baik ideologi dan lembaga-lembaga politik dunia. Menurut Stiglitz 200754-55 awalnya globalisasi disambut dengan keceriaan, tetapi seiring berjalannya waktu, globalisasi memicu suatu kondisi yang timpang baik di negara maju maupun negara berkembang. Di satu sisi kemakmuran sedang digalakan, namun disisi lain masih terlalu banyak negara atau masyarakat tidak ikut merasakan. Martin Khor dalam Winarno,200921-22 menyebutkan ada dua ciri utama dari globalisasi ; 1 Peningkatan konsentrasi monopoli berbagai sumber daya serta kekuatan-kekuatan ekonomi oleh perusahaan-perusahaan dan dana global, 2 Globalisasi dalam kebijakan dan mekanisme pembuatan kebijakan nasional. Kebijakan-kebijakan yang meliputi bidang-bidang sosial, ekonomi, budaya dan teknologi yang sekarang ini berada dalam yurisdiksi suatu pemerintahan dan masyarakat dalam The Indonesian Journal of Politics and Policy, 1 1, Januari 2019 - 46 Gili Argenti Copyright © 2019, IJPP, p-ISSN 2622-6251, e-ISSN 2622-xxxx suatu wilayah negara bangsa bergeser menjadi dibawah pengaruh atau diproses oleh badan-badan internasional. Istilah globalisasi telah menjadi konsep yang sering digunakan untuk menggambarkan fenomena dunia kontemporer, memasuki milenium ketiga, dunia berubah dengan sangat cepat sehingga menimbulkan implikasi yang sangat kompleks, yaitu munculnya saling ketergantungan dalam hampir seluruh dimensi kehidupan dalam hubungan antar bangsa dan hubungan transnasional. Paham kesejahteraan dan kepemilikan bersama dinilai menghalangi pertumbuhan. Sedangkan menurut Stiglitz 200756 terdapat beberapa masalah yang menjadi pusat perhatian terhadap globalisasi. 1 Aturan main globalisasi tidak adil, dirancang secara khusus untuk menguntungkan negara industri maju. 2 Globalisasi mendahulukan nilai-nilai kebendaan diatas nilai-nilai lain, seperti lingkungan hidup dan kehidupan itu sendiri. 3 Pengelolaan globalisasi telah mencabut sebagian besar kedaulatan negara-negara berkembang, termasuk kemampuan membuat keputusan-keputusan dibidang-bidang penting yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. 4 Terdapat pemaksaan sistem ekonomi kepada negara-negara berkembang, bahkan dalam beberapa kasus telah merusak sistem ekonomi negara-negara berkembang tersebut. Para ilmuwan sosial berbeda pendapat tentang sejarah munculnya globalisasi, meskipun fenomena globalisasi yang tampak kepermukaan terjadi pada tahun 1960-an, namun pada dasarnya terdapat banyak fakta yang menunjukan bahwa pergerakan ekonomi lokal ke ekonomi global telah terbentuk selama beberapa abad sebelumnya. Menurut Winarno 200929-32, menjelaskan bahwa kedatangan kembali tim ekspedisi Magellan ke Spanyol pada tahun 1522 setelah beberapa tahun mengarungi samudra untuk menemukan dunia baru, menjadi tonggak awal bangsa-bangsa barat menemukan cara untuk memasarkan dan mencari bahan baku produknya keseluruh dunia. Perkembangan ini berlanjut sampai tahun 1700 setelah negara-negara di Eropa Barat dan garis segitiga antara Jepang, Eropa dan Amerika Serikat berhasil mengakumulasi kekayaan serta kekuasaan tidak ada bandingannya. Setelah Perang Dunia Kedua PD II akumulasi kapital khususnya negara Amerika Serikat mengalami puncaknya, sehingga banyak para ahli mempunyai keyakinan bahwa sebuah pergeseran yang besar tengah terjadi di dunia, pergeseran dari state-dominated ke arah market-dominated, mereka percaya mekanisme paling penting dalam menentukan ekonomi domestik maupun internasional ialah hubungan internasional. Bagi Fakih 2002185-187, kelahiran globalisasi dimotivasi oleh ideologi kapitalisme, sejarah perjalanan kapitalisme di akhir Abad 20 yang cenderung melamban dikarenakan adanya proteksi, paham keadilan, kesejahteraan rakyat, berbagai tradisi adat pengelolaan sumber daya alam berbasis rakyat dan sebagainya. Untuk itu kapitalisme memerlukan strategi baru untuk mempercepat pertumbuhan dan akumulasi kapitalnya, maka strategi yang ditempuh adalah menyingkirkan segenap rintangan investasi dengan pasar bebas, perlindungan hak intelektual, penghapusan subsidi dan lain sebagainya. Untuk itu diperlukan suatu tatanan perdagangan global, maka sejak itu itulah gagasan globalisasi dimunculkan, dengan demikian menurutnya, globalisasi pada dasarnya berpijak pada kebangkitan kembali liberalisme, suatu paham yang kemudian dikenal sebagai Neo-Liberalisme. The Indonesian Journal of Politics and Policy, 1 1, Januari 2019 - 47 Gili Argenti Copyright © 2019, IJPP, p-ISSN 2622-6251, e-ISSN 2622-xxxx Sedangkan Yustika 200972-73, menjelaskan dalam beberapa literatur munculnya konsep tentang globalisasi bermula dari disepakatinya Bretton Woods di New Hampshire pada Juli 1944, dalam konferensi tersebut secara umum dibentuk dua lembaga moneter dan keuangan internasional yang bertujuan membangun kembali Eropa akibat kemungkinan hancur leburnya wilayah itu akibat Perang Dunia Kedua serta sebagai bagian integral menyelamatkan dunia dari kehancuran ekonomu dimasa datang. Penciptaan dua lembaga keuangan Internasional IMF dan IBRD yang kemudian berubah nama menjadi Bank Dunia, menandakan bahwa semua aktivitas ekonomi global pasca pembentukan lembaga tersebut diandaikan dapat menyatu, dengan bahasa lain dapat dikatakan hubungan batas-batas negara telah sirna. Fakta bahwa hubungan batas negara telah sirna tidak terlepas dari peran kedua lembaga ini dalam memberikan pinjaman dan menawarkan konsep pemulihan ekonomi, intinya dalam kesepakatan peminjaman dana tersebut, beberapa negara berkembang harus lebih membuka sistem ekonominya, supaya pada satu sisi aliran modal masuk menjadi determinan penting dalam menggerakan perekonomian nasional Yustika,200972-73. Globalisasi mengalami perkembangan yang cukup pesat pada awal 1990-an dengan Amerika Serikat yang didukung oleh beberapa negara maju sebagai motor penggerak utamanya, perkembangan ini kemudian memunculkan pemahaman bahwa globalisasi merupakan instrumen ekonomi-politik beberapa negara maju dalam rangka memapankan posisinya sebagai aktor utama perekonomian global. Bagi negara-negara barat globalisasi merupakan tujuan untuk membangun tata dunia baru, dalam membangun tata dunia baru tersebut disepakatinya The Neoliberal Washinton Consensus, yang terdiri dari pembelaan ekonomi privat dalam mendominasi ekonomi internasional Fakih,2009188. Menurut Fakih 2009190, terdapat sepuluh ajaran yang dilahirkan The Neoliberal Washinton Consensus yang mereka sebut sebagai paket reformasi ekonomi bagi negara-negara berkembang, ketentuan reformasi ekonomi yaitu kebijakan pasar bebas. Kesepuluh konsensus tersebut antara lain ; 1 disiplin fiskal, yang intinya memerangi defisit perdagangan, 2 public expenditure atau anggaran pengeluaran untuk publik, kebijakan ini berupa memprioritaskan anggaran belanja pemerintah melalui pemotongan segala subsidi, 3 pembaharuan pajak, seringkali berupa pemberian kelonggaran bagi para pengusaha untuk kemudahan pembayaran pajak, 4 liberalisasi perdagangan, berupa kebijakan bunga bank yang ditentukan oleh mekanisme pasar, 5 nilai tukar uang yang kompetitif, berupa kebijakan untuk melepaskan nilai tukar uang tanpa kontrol pemerintah, 6 trade liberalisation barrier, yakni kebijakan yang menyingkirkan segenap hal yang mengganggu perdagangan bebas, seperti kebijakan untuk mengganti segala bentuk lisensi perdagangan dengan tarif dan pengurangan bea tarif, 7 foreigh direct investment, berupa kebijakan untuk menyingkirkan segenap aturan pemerintahan yang menghambat pemasukan modal asing, 8 privatisasi, yakni kebijakan untuk memberikan semua pengelolaan perusahaan negara kepada pihak swasta, 9 deregulasi kompetisi dan 10 intellectual property rights atau hak paten intelektual. Secara lebih spesifik, pokok-pokok pendirian globalisasi meliputi beberapa hal. Pertama, bebaskan perusahaan swasta The Indonesian Journal of Politics and Policy, 1 1, Januari 2019 - 48 Gili Argenti Copyright © 2019, IJPP, p-ISSN 2622-6251, e-ISSN 2622-xxxx dari campur tangan pemerintah, misalnya jauhkan pemerintah dari campur tangan di bidang-bidang perburuhan, investasi dan harga, serta biarkan mereka mempunyai ruang untuk mengatur diri sendiri untuk tumbuh dengan menyediakan kawasan pertumbuhan, seperti Otorita Batam, NAFTA, SIJORI dan lain sebagainya. Kedua, hentikan subsidi negara kepada rakyat karena hal itu selain bertentangan dengan prinsip neoliberlisme tentang jauhnya campur tangan pemerintah, juga bertentangan dengan prinsip dasar pasar dan persaingan bebas. Oleh karena itu pemerintah juga harus melakukan privatisasi semua perusahaan milik negara, karena perusahaan negara pada dasarnya dibuat untuk melaksanakan subsidi negara pada rakyat, dan itupun menghambat persaingan pasar bebas. Ketiga, hapuskan ideologi kesejahteraan bersama dan pemilikan komunal seperti yang masih banyak dianut oleh masyarakat tradisional Fakih, 2009190. Sedangkan mekanisme kerja globalisasi, dengan mengadakan perjanjian perdagangan internasional yang dikenal dengan GATT. GATT merupakam suatu kumpulan aturan internasional yang mengatur perilaku perdagangan antar pemerintah, GATT juga merupakan forum negoisasi perdagangan antar pemerintah, serta juga pengadilan dimana terjadi perselisihan dagang antar bangsa supaya bisa diselesaikan. Globalisasi pada dasarnya merupakan suatu proses pengintegrasian ekonomi nasional menjadi ekonomi global, harapan pengintergrasian tersebut merupakan hasil perjuangan dari perusahaan-perusahaan transnasional, karena pada dasarnya mereka yang akan diuntungkan dalam proses tersebut, selama dua dasawarsa menjelang berakhirnya abad milenium, perusahaan-perusahaan transnasional TNCs meningkat jumlahnya. Merekalah yang akan mengeruk keuntungan sangat besar dari adanya kebijakan membuka pasar seluas-luasnya tanpa ada batasan dari negara-negara bangsa. Dari uraian di atas, dapat dikonstruksi konsep dan mekanisme globalisasi sebagai proses pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam sistem ekonomi dunia yang diperankan oleh tiga aktor utamanya pertama, TNCs yang dengan dukungan negara-negara yang diuntungkan olehnya mereka membentuk suatu dewan perserikatan pedagangan global yang dikenal dengan WTO yang menjadi aktor kedua, serta aktor ketiga adalah lembaga keuangan global/IMF dan Bank Dunia. Ketiga aktor globalisasi tersebut selanjutnya selain menetapkan aturan-aturan seputar investasi, Intellectual Property Rights IPRs, dan kebijakan internasional lainnya, juga mendesak, mempengaruhi, ataupun memaksa negara-negara untuk melakukan penyesuaian kebijakan nasionalnya demi memperlancar pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam ekonomi global. Proses memperlicin jalan pengintegrasian tersebut ditempuh dengan cara memaksa mengubah semua aturan, kebijakan yang menghalangi ketiga aktor-aktor globalisasi, terutama TNCs untuk beroperasi dalam bentuk ekspansi produksi, pasar, maupun investasi. Dengan demikian, sesungguhnya globalisasi tidak ada sangkut-pautnya dengan kesejahteraan rakyat ataupun keadilan sosial di negara-negara Dunia Ketiga melainkan lebih didorong motif kepentingan pertumbuhan dan akumulasi kapital berskala global. Salah satu hasil Washington Consensus ialah menghapuskan subsidi bagi masyarakat karena dinilai tidak efektif dan efesien, salah satu kelompok yang terkena dampaknya ialah para petani The Indonesian Journal of Politics and Policy, 1 1, Januari 2019 - 49 Gili Argenti Copyright © 2019, IJPP, p-ISSN 2622-6251, e-ISSN 2622-xxxx dinegara-negara dunia ketiga yang menghasilkan bahan pangan lokal, para petani tradisional tersebut harus berhadapan dengan pasar sangat kompetitif, mereka diharuskan bersaing dengan para pengusaha pertanian global yang berwujud perusahaan-perusahaan transnasional yang menghasilkan produk bahan pangan lebih murah dengan mutu sangat bagus, karena dari proses pembibitan sampai dengan pemanenanya dikerjakan dengan teknologi yang sudah tinggi. Studi FAO tentang dampak globalisasi terhadap 16 negara berkembang menyimpulkan hasil penelitiannya, bahwa ada trend yang menunjukan konsentrasi monopoli dibidang pertanian di tangan TNCs-TNCs, sehingga mengakibatkan marginalisasi terhadap para petani kecil di negara dunia ketiga, dimana banyak petani yang tidak sanggup bersaing akan gulung tikar mengalami kebangkrutan, sehingga menimbulkan tingginya angka pengangguran dan kematian dibeberapa negara. Fenomena ini terjadi karena dengan adanya kebijakan akses pasar bebas dan domestic support, beberapa TNCs dengan alasan persaingan global memaksa pemerintah-pemerintah yang menjadi pasien IMF dan Bank Dunia, untuk mengubah kebijakannya dari memberi subsidi kepada petani kecil menjadi subsidi kepada perusahaan-perusahaan agribisnis raksaksa, mereka juga menekan pemerintah-pemerintah tersebut membebaskan biaya import hasil pertanian mereka, sehingga barang yang mereka pasarkan jauh lebih murah. Kebijakan ini akhirnya menggusur kemampuan para petani kecil sebagai produsen, akibatnya para petani kecil tidak mempunyai pilihan lain kecuali melepaskan sumber alam mereka terutama tanah dan sawah. Penulis juga menemukan data bahwa pendapatan masyarakat dinegara-negara berkembang menurun drastis jika dibandingkan dengan pendapatan dinegara-negara maju pada era 1960-an dan 1970-an. Ini berarti seiring dengan proses globalisasi memuculkan proses pemiskinan dan kesenjangan, masyarakat dinegara-negara maju menikmati kemakmuran yang melimpah, sementara masyarakat dinegara-negara dunia ketiga masih hidup dalam kemiskinan dan kelaparan, fenomena ini tercermin dalam data yang dilaporkan oleh UNDP para tahun 1992, menurut laporan ini diperkirakan bahwa 20% dari populasi dunia yang tinggal dinegara-negara miskin hanya memperoleh 82% dari total pendapatan dunia, sementara 20% lainya tinggal dinegara-negara termiskin hanya menerima 1,4%. Selanjutnya pada tahun 1989, rata-rata pendapatan dari 20% masyarakat yang hidup dinegara-negara paling kaya mencapai 60 kali lebih tinggi ketimbang 20% masyarakat yang hidup dinegara-negara termiskin. Rasio ini merupakan dua kali rasio tahun 1950, sebesar 30 kali. Selanjutnya, laporan Human Development pada tahun 1996 menunjukan bahwa selama tiga dekade yang lalu, hanya 15 negara yang mengalami tingkat pertumbuhan yang tinggi, sementara 89 negara lainya mengalami kemerosotan dalam pertumbuhan ekonomi mereka Yustika, 2009 110-111. Meskipun data tersebut bukan data terbaru, tetapi setidaknya data itu menunjukan kecenderungan yang negatif atau terbalik antara globalisasi dengan kesejahteraan masyarakat sebagaimana tesis keum neoliberal, pada kenyataanya hanya negara-negara maju yang menikmati keuntungan dari globalisasi. Disisi yang lain, hasil-hasil perundingan melalui berbagai putaran dalam GATT dan WTO ditenggarai The Indonesian Journal of Politics and Policy, 1 1, Januari 2019 - 50 Gili Argenti Copyright © 2019, IJPP, p-ISSN 2622-6251, e-ISSN 2622-xxxx semakin menyulitkan posisi negara-negara miskin, mereka dipaksa untuk membuka seluas-luasnya wilayah mereka untuk investasi, sementara pada saat bersamaan perusahaan-perusahaan nasional mereka tidak mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan multinasional yang mempunyai banyak keunggulan, baik dalam bidang teknologi, manajemen dan informasi. Akibatnya banyak perusahaan nasional dinegara-negara berkembang gulung tikar. Studi yang dilakukan oleh Petras dan Veltmeyer dalam Yustika, 2009 di negara-negara Amerika Latin menyebutkan bahwa seiring dengan investasi peusahaan-perusahaan Amerika Serikat di wilayah tersebut melalui berbagai program privatisasi dan investasi bentuk lain, diikuti oleh kebangkrutan ribuaan industri-industri lokal. Di Indonesia konsekuensi sebagai negara yang pernah menjadi pasien lembaga donor IMF dan Bank Dunia, mengakibatkan kebijakan untuk mengakomodir kepentingan neoliberalisme banyak ditempuh negara, bahkan sampai pemerintahan SBY saat ini, salah satu kebijakan yang terus diagendakan ialah privatisasi beberapa BUMN. Sejak kebijakan ini digulirkan dari tahun 2002, terlihat dari tahun ketahun jumlah BUMN semakin berkurang, hal ini mengindikasikan adanya proses privatisasi secara sistematis, sebelum tahun 1998 jumlah BUMN di Indonesia lebih dari 300 BUMN. Pemerintah beralasan dengan melakukan privatisasi beberapa BUMN akan sedikit mengurangi beban pemerintah, sebab BUMN yang akan diprivatisasi merupakan BUMN yang bermasalah yang setiap tahunnya mengalami kerugiaan. Tapi menurut penulis alasan pemerintah tersebut tidak sepenuhnya benar, karena justru BUMN-BUMN yang dijual ke swasta merupakan BUMN yang sehat dan mendatangkan profit tidak sedikit bagi negara. Ironi globalisasi lainya menurut penulis, yaitu menyangkut sistem hak paten intelektual, awalnya dibuat dengan tujuan yang mulia untuk memberikan apresiasi tentang kratifitas dan kecerdasan manusia, pada prakteknya dijadikan alat oleh perusahaan-perusahaan besar untuk memperoleh profit dari hasil intelektual yang dipatenkan. Terkadang hak paten tersebut merupakan pencurian atas hak kretifitas orang lain yang berasal dari negara-negara berkembang, karena orang-orang di negara berkembang tidak mempunyai kapital yang besar untuk mendaftarkan hasil karya leluhur mereka, maka hanya perusahaan-perusahaan besarlah yang memiliki kemampuan mempatenkanya, untuk kemudian melakukan klaim secara sepihak. Dari hasil analisa dalam makalah ini penulis membangun konstruksi kesimpulan bahwa globalisasi membawa dampak yang sangat besar terhadap arah pembangunan politik ekonomi bagi negara-negara dunia ketiga, dampak positif dari globalisasi sangatlah kecil dirasakan oleh negara-negara pingggiran tersebut, yang merasakan keuntungan paling besar tentunya negara-negara maju yang memiliki sumber kapital dan teknologi yang sangat tinggi. Simpulan dan Saran Jadi dengan demikian 'globalisasi' secara sederhana dipahami sebagai suatu proses pengintegrasian ekonomi nasional bangsa-bangsa ke dalam suatu sistem ekonomi global. Namun, jika ditinjau dari sejarah perkembangan ekonomi, globalisasi pada dasamya merupakan salah satu fase dari perjalanan panjang perkembangan kapitalisme liberal, yang secara teoretis sebenarnya telah dikembangkan oleh Adam Smith. The Indonesian Journal of Politics and Policy, 1 1, Januari 2019 - 51 Gili Argenti Copyright © 2019, IJPP, p-ISSN 2622-6251, e-ISSN 2622-xxxx Meskipun globalisasi dikampanyekan sebagai era masa depan, yakni suatu era yang menjanjikan 'pertumbuhan' ekonomi secara global dan akan mendatangkan kemakmuran global bagi semua, namun sesungguhnya globalisasi adalah kelanjutan dari kolonialisme dan developmentalism sebelumnya. Globalisasi yang ditawarkan sebagai jalan keluar bagi kemacetan pertumbuhan ekonomi bagi dunia ini, sejak awal oleh kalangan ilmu sosial kritis dan yang memikirkan perlunya tata dunia ekonomi yang adil serta kalangan yang melakukan pemihakan terhadap yang lemah, telah mencurigainya sebagai bungkus baru dari imperialisme dan kolonialisme gaya baru, setelah era kolonialisme kuno mengalami resistensi dari masyarakat pribumi. DAFTAR PUSTAKA Amal ,Ichlasul, Globalisasi, Demokrasi dan Wawasan Nusantara Presfektif Pembangunan Jangka Panjang, dalam wawasan Nusantara Indonesia Menghadapi Globalisasi, Pusat Kajian Kebudayaan Universitas Bung Hatta. Diakses, tanggal 2 November 2018, Dahlan, Muhidin M editor 2001. Post Kolonialisme Sikap Kita Terhadap Barat. Yogyakarta Jendela. Fakih, Mansour.2002. Jalan Lain Manifesto Intelektual Organik. Yogyakarta Insist Press. Hanafi, Hasan. 2000 Oksidentalalisme Sikap Kita Terhadap Tradisi Barat. Jakarta Paramadina. Stiglitz, Joseph E 2007 Making Globalization Work Menyiasati Globalisasi Menuju Dunia Yang Lebih Adil. Bandung Mizan. Stiglitz, Joseph E 2012. Kegagalan Globalisasi Dan Lembaga-Lembaga Keuangan Nasional. Jakarta PT. Ina Publikatama. Winarno, Budi 2009. Pertarungan Negara VS Pasar. Yogyakarta Media Pressindo. Yustika, Ahmad Erani 2009. Ekonomi Politik Kajian Teoretis dan Analisis Empiris. Yogyakarta Pustaka PelajarProfil Singkat Gili Argenti, dosen tetap Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Singaperbangsa Karawang sejak tahun 2009 sampai sekarang. Menamatkan S1 Ilmu Pemerintahan Konsentrasi Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan S2 Ilmu Politik Konsentrasi Politik Indonesia Univeristas Nasionalis Jakarta. Selain mengajar mata kuliah yang berhubungan dengan disiplin ilmu politik, penulis sangat konsen mengkaji Gerakan Sosial, Islam Politik, Partai Politik dan Civil Society. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Lain Manifesto Intelektual OrganikMansour FakihFakih, Mansour.2002. Jalan Lain Manifesto Intelektual Organik. Yogyakarta Insist Globalisasi Dan Lembaga-Lembaga Keuangan NasionalJoseph E StiglitzStiglitz, Joseph E 2012. Kegagalan Globalisasi Dan Lembaga-Lembaga Keuangan Nasional. Jakarta PT. Ina Negara VS Pasar. Yogyakarta Media PressindoBudi WinarnoWinarno, Budi 2009. Pertarungan Negara VS Pasar. Yogyakarta Media Politik Kajian Teoretis dan Analisis EmpirisAhmad YustikaEraniYustika, Ahmad Erani 2009. Ekonomi Politik Kajian Teoretis dan Analisis Empiris. Yogyakarta Pustaka Pelajar Negaraberkembang bisa lebih maju dan modern karena pengaruh globalisasi, jugaaa mereka memiliki pemikiran yang lebih luas. semakin lunturnya nilai-nilai nasionalis yang berdasar kekeluargaan. Iklan – Pengaruh Globalisasi Bagi Negara Berkembang Di Masa Depan – Globalisasi adalah integrasi internasional yang terjadi melalui pertukaran pandangan dunia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, globalisasi adalah proses memasuki dunia. Globalisasi berasal dari kata globalisasi. Global berarti dunia sedangkan Lization berarti proses. Pengaruh Globalisasi Bagi Negara Berkembang Di Masa DepanDampak positif dan negatifDampak positifDampak negatifKesimpulan Proses globalisasi muncul seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi. Gelombang globalisasi telah melanda dunia. Globalisasi berdampak pada mendorong munculnya perubahan-perubahan di dunia yang berlaku. Dampak globalisasi bagi bangsa dan negara. Globalisasi dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi suatu negara, salah satunya Indonesia. Globalisasi juga membawa dampak positif dan negatif bagi bangsa dan negara. Baca juga Alasan Singapura Menjadi Negara Dengan Sistem Pendidikan Terbaik Dengan globalisasi, kemungkinan produksi meningkat, perkembangan ilmu pengetahuan semakin cepat. Kemudian kesempatan kerja yang luas. Hal ini menjadi tantangan bagi bangsa untuk meningkatkan kualitas. Buku Budi Winarno Globalization Opportunities or Threats for Indonesia 2009 menjelaskan dampak perubahan terhadap perekonomian nasional suatu negara cukup jelas. Ketika perekonomian suatu negara diintegrasikan ke dalam pasar global, perekonomian tersebut tidak dapat lagi lepas dari pengaruh kekuatan ekonomi dan politik eksternal. Ada tiga mekanisme yang melaluinya perubahan ini mempengaruhi perekonomian, yaitu Meningkatkan tekanan persaingan di ritel multinasionalisasi produksi integrasi pasar keuangan. Dampak positif dan negatif Globalisasi memiliki dampak positif dan negatif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai berikut Dampak positif Berikut dampak positifnya yaitu Perubahan nilai dan sikap Dikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbud, globalisasi membawa perubahan nilai sosial budaya, cara hidup, cara berpikir, dan ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa lain yang maju. Baca juga Pentingnya Landasan Pendidikan Pancasila Untuk Warga Negara Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi, sehingga lebih produktif, efektif, dan efisien. Dengan kemajuan teknologi, komunikasi, informasi dan transportasi, masyarakat semakin mudah. Standar hidup semakin baik Globalisasi membantu dalam memperkenalkan kehidupan sosial dan budaya Indonesia. Sehingga pariwisata dan pariwisata berkembang. Globalisasi juga membantu memperluas pasar produk dalam negeri. Sehingga produksi dalam negeri dapat bersaing di pasar internasional. Kehidupan masyarakat semakin baik dan pembangunan negara semakin meningkat. Dampak negatif Yakni, dampak negatif berikut ini Hilangnya nilai budaya asli Terkikisnya nilai-nilai budaya asli menimbulkan beberapa dampak negatif Gelombang deras globalisasi dapat merusak nilai-nilai budaya asli. Misalnya semangat gotong royong, solidaritas, kepedulian, atau solidaritas memudar. Cara berpakaian, cara berpakaian perlahan menembus budaya kita. Meniru perilaku buruk dan gaya hidup kebarat-baratan, misalnya tawuran pelajar dan adegan kekerasan Sapaan atau cium tangan orang tua diganti dengan “cipika-cipiki” yang diperkenalkan oleh budaya barat. Padahal tidak sejalan dengan bangsa timur yang mengutamakan etika dalam bermasyarakat. Meniru Idola Cara berpakaian aktris atau penyanyi Barat sangat berbeda dengan cara mereka berpakaian di Indonesia. Perubahan Gaya Hidup Beberapa perubahan gaya hidup yang berdampak negatif akibat globalisasi adalah Sikap individualistis, egois Pragmatis, hanya melakukan sesuatu yang menguntungkan Materialistis, sikap mengukur sesuatu dengan materi Hedonisme, gaya hidup mewah dan boros Perilaku konsumsi, pola konsumsi yang telah melampaui batas Sekuler, sikap yang lebih mementingkan kehidupan duniawi. Eksploitasi sumber daya alam yang mengakibatkan kerusakan lingkungan dan pencemaran dari limbah industri. Kesimpulan Itulah pembahasan tentang – Pengaruh Globalisasi Bagi Negara Berkembang Di Masa Depan – Semoga bisa menambah wawasan Anda.
Buktinyata dari pengaruh globalisasi itu, antara lain dapat disaksikan dari gaya berpakaian, dan gaya berbahasa masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda yang sudah berubah yang kesemuanya itu diperoleh karena kemajuan tehnologi iformatika dan komunikasi khususnya pada media masa. Globalisasi media dengan segala nilai yang dibawanya seperti lewat televisi, radio, majalah, koran, buku, film, VCD, HP, dan kini lewat internet sedikit banyak akan berdampak pada budaya dan kehidupan
Pixabay Pengertian dan Dampak Globalisasi, Ada Dampak Positif dan Dampak Negatif – Teman-teman pernah dengar istilah globalisasi? Globalisasi berasal dari kata globalization. Global artinya dunia, sedangkan lization artinya proses. Globalisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI adalah proses masuknya ke ruang lingkup dunia. Dilansari dari Encyclopaedia Britannica 2015, globalisasi bukanlah hal baru. Bersumber dari banyak kerajaan besar dan gerakan keagamaan dulu, telah menjalani globalisasi. Perdagangan dan investasi antar negara sudah saling ketergantungan ekonomi dunia selama berabad-abad. Istilah globalisasi makin sering digunakan sejak pertengahan tahun 1980 dan lebih sering lagi pada pertengahan 1990-an. Ada dampak positif dan dampak negatif dari globalisasi. Apa saja? Yuk, cari tahu! Globalisasi Membuat Negara di Dunia Semakin Terhubung Globalisasi merupakan proses penggabungan secara internasional yang terjadi karena berbagai sebab. Misalnya saja pertukaran pemikiran, suatu produk atau barang, hingga berbagai aspek kebudayaan. Nah, globalisasi juga bisa diartikan sebagai proses yang membuat dunia semakin terhubung, yang merupakan hasil dari peningkatan perdagangan dan pertukaran budaya secara besar, seperti yang dituliskan oleh situs BBC. Karena globalisasi menyebabkan adanya pertukaran di berbagai bidang pada banyak negara, hal ini tentu memberikan berbagai dampak, termasuk dampak positif globalisasi. Baca Juga 5 Tempat Ini Usianya Ribuan Tahun, tapi Masih Bertahan Sampai Saat Ini Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
ZtZKnE.
  • n402z8vkrk.pages.dev/480
  • n402z8vkrk.pages.dev/281
  • n402z8vkrk.pages.dev/465
  • n402z8vkrk.pages.dev/472
  • n402z8vkrk.pages.dev/318
  • n402z8vkrk.pages.dev/527
  • n402z8vkrk.pages.dev/255
  • n402z8vkrk.pages.dev/409
  • dampak hebat pengaruh globalisasi masa depan bagi negara berkembang adalah